watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KEKASIHKU DIPERKOSA POLISI

Saya pertama kenal Vira ketika melihatnya
menjadi model cover di sebuah majalah di
Jakarta, kemudian ia juga menjadi bintang
sinetron Abad 21. Vira berumur 17 tahun, cantik,
kulitnya putih mulus, ramah dan yang paling
menarik perhatian orang-orang adalah buah
dadanya yang bundar dan padat berisi. Semua
orang yang menatap Vira pandangannya akan
langsung tertarik ke arah buah dadanya yang
membusung. Tidak terlalu besar memang, tapi
sangat proporsional dengan tubuh dan wajah
Vira.
Saya berkenalan dengannya, pertama melalui
surat kemudian bertemu, sesekali menelepon
dirinya. Lama-kelamaan kita semakin sering
bertemu dan percakapan yang ada semakin
menjurus ke hal-hal yang pribadi. Akhirnya saya
memberanikan diri untuk mengajaknya keluar
makan malam.
Suatu hari saya memberanikan diri untuk
mengajaknya dan ternyata Vira senang sekali
mendengar ajakan saya, dan langsung setuju.
Saya gelisah sekali menunggu pada saat
menjemput Vira di rumahnya.
Setelah pulang kerja dan berganti pakaian saya
menjemput Vira, untuk kemudian makan malam
di sebuah restoran. Di sana kami bercakap-cakap
panjang lebar, setelah itu dilanjutkan sebuah
diskotik untuk sedikit menggoyangkan tubuh dan
minum. Di tengah-tengah percakapan di diskotik,
Vira mengajak saya untuk kembali ke rumahnya
dan melanjutkan sisa malam itu di rumahnya.
Bagaimana saya bisa menolak tawaran itu?
Sepanjang perjalanan pulang Vira berkata bahwa
ia belum pernah mengalami hari yang
menyenangkan seperti yang baru ia alami malam
itu, dan ia juga berkata, di rumah nanti giliran
dirinya yang akan membuat diri saya tidak akan
melupakan malam ini.
Saya begitu bergairah dan berhasrat untuk lekas-
lekas sampai ke rumah Vira, ketika tanpa sadar
saya mengendarai mobil melebihi batas maksimal
kecepatan di jalan. Tiba-tiba saya tersadar ketika di
sebelah kanan sudah ada mobil Polantas yang
berusaha menghentikan mobil saya. Saya
meminggirkan mobil di tempat parkir sebuah
toko dan menunggu Polantas tadi mendekati
mobil kami. Ia bertanya hendak ke mana kami
sampai-sampai kami membawa mobil itu
melebihi batas kecepatan. Rupanya alasan saya
tidak masuk akal sehingga Polantas tadi meminta
STNK dan SIM saya.
Setelah melihat surat-surat itu Polantas itu
menjengukkan kepalanya ke dalam mobil kami
dan lama sekali mengamati Vira yang duduk
terdiam. “Anda harus meninggalkan mobil Anda
di sini dan ikut saya ke kantor”, perintah Polantas
tadi. Akhirnya sepuluh menit kemudian kami
sampai ke sebuah kantor polisi yang terpencil di
pinggir kota.
Waktu itu sudah lewat pukul 11 malam, dan
dalam kantor polisi itu tidak terdapat siapa pun
kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan
Polantas yang membawa kami. Ketika kami
masuk, Sersan itu memandangi tubuh Vira dari
bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia
menyukai Vira. Kami dimasukkan ke dalam sel
terpisah, saling berseberangan.
Sepuluh menit kemudian, Polantas yang berumur
sekitar 40-an dan berbadan gemuk dan Sersan
yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya
kira-kira 45 tahun kembali ke ruang tahanan.
Polantas tadi berkata, “Kalian seharusnya jangan
mengemudi sampai melebihi batas kecepatan
yang ada. Tapi kita semua bener-benar kagum,
soalnya dari semua yang kami tangkap baru kali
ini kita dapat orang yang cantik seperti kamu.”
Sersan tadi menimpali, “Betul sekali, dia bener-
bener kualitas nomer satu!” Saya sangat takut
mendengar nada bicara mereka, begitu juga Vira
yang terus-menerus ditatap oleh mereka berdua.
Mereka lalu membuka sel Vira dan masuk ke
dalam. “Sekarang denger gadis manis, kalau
kamu berkelakuan baik, kita akan lepasin kamu
dan pacar kamu itu. Mengerti!” Sersan tadi
langsung memegangi kedua tangan Vira
sementara Polantas menarik kaos yang dikenakan
Vira ke atas. Dalam sekejap seluruh pakaian Vira
berhasil dilucuti tanpa perlawanan berarti dari Vira
yang terus dipegangi oleh Sersan. “Wow, lihat
dadanya.” Vira terus meronta-ronta tanpa hasil,
sementara Sersan yang tampaknya sudah bosan
dengan perlawanan Vira, melemparkan tubuh
Vira hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi
yang ada di sel Vira. Dan dengan cepat
diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Vira
ke rangka di atas kepala Vira.
Kemudian mereka dengan leluasa menggerayangi
tubuh Vira. Mereka meremas-remas dan menarik
buah dada Vira, kemudian memilin-milin puting
susunya sehingga sekarang buah dada Vira
mengeras dan puting susunya mengacung ke
atas. Kadang mereka mengigit puting susu Vira,
sedangkan Vira hanya bisa meronta dan menjerit
tak berdaya.
Saya berdiri di dalam sel di seberang Vira tak
berdaya untuk menolong Vira yang sedang
dikerubuti oleh dua orang itu. Kedua polisi itu lalu
melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas
kedua batang kemaluan mereka sudah keras dan
tegang dan siap untuk memperkosa Vira.
Polantas mempunyai batang kemaluan paling
tidak sekitar 25 senti, dan Sersan mempunyai
batang kemaluan yang lebih besar dan panjang.
Vira menjerit-jerit minta agar mereka berhenti,
tapi kedua polisi itu tetap mendekatinya.
“Lebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita
berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada
yang kamu kira.” kata Polantas.
“Sekarang mendingan kamu siap-siap buat
muasin kita dengan badan kamu yang bagus itu!”
“Dia pasti sempit sekali”, kata Sersan sambil
memasukan jari-jarinya ke lubang kemaluan Vira.
Ia menggerakkan jarinya keluar masuk, membuat
Vira menggelinjang kesakitan dan berusaha
melepaskan diri.
“Betul kan, masih sempit sekali.”
Kemudian Polantas tadi naik ke atas ranjang di
antara kedua kaki Vira. Kemudian mereka
membuka kaki Vira lebar-lebar dan Polantas
memasukkan batang kemaluannya ke dalam
lubang senggama Vira. Vira mengeluarkan jeritan
yang keras sekali, ketika perlahan batang
kemaluan Polantas membuka bibir kemaluan, dan
masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia
menarik sedikit batang kemaluannya untuk
kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke lubang
kemaluan Vira.
Sementara itu, Sersan naik dan mendekati wajah
Vira, mengelus-elus wajah Vira dengan batang
kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian
turun ke bibir. Vira menggeleng-gelengkan
kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang
kemaluan Sersan yang hitam.
“Ayo dong manis, buka mulut kamu”, kata
Sersan sambil meletakkan batang kemaluannya di
bibir Vira.
“Kamu belum pernah ngerasain punya polisi
kan?” Vira tak bergeming.
“Buka!” bentak Sersan.
“Buka mulut kamu, brengsek!” Perlahan mulut
Vira terbuka sedikit, dan Sersan langsung
memasukkan batang kemaluannya ke dalam
mulut Vira.
Mulut Vira terbuka hingga sekitar 6 senti agar
semua batang kemaluan Sersan bisa masuk ke
dalam mulutnya. Batang kemaluan Sersan mulai
bergerak keluar masuk di mulut Vira, saya
melihat tidak semua batang kemaluan Sersan
dapat masuk ke mulut Vira, batang kemaluan
Sersan terlalu panjang dan besar untuk bisa
masuk seluruhnya dalam mulut Vira. Ketika
Sersan menarik batang kemaluannya terlihat ada
cairan yang keluar dari batang kemaluannya.
Julurin lidah kamu!” Vira membuka mulutnya dan
mengeluarkan lidahnya. Sersan kemudian
memegang batang kemaluannya dan
mengusapkan kepala batang kemaluannya ke
lidah Vira, membuat cairan kental yang keluar tadi
menempel ke lidah Vira.
“San, dia nggak mungkin bisa masukin punya
Sersan ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!”
Mereka kemudian bertukar tempat, Sersan
sekarang ada di antara kaki Vira dan Polantas
berjongkok di dekat wajah Vira. Sersan mulai
mendorong batang kemaluannya masuk ke liang
senggama Vira. Terlihat sekali dengan susah
payah batang kemaluan Sersan yang besar itu
membuka bibir kemaluan Vira yang masih
sempit. Polantas, mengacungkan batang
kemaluannya ke mulut Vira. “Kamu mungkin
nggak bisa masukin punya Sersan ke mulut
kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini,
seluruhnya.” Dengan kasar ia mendorong batang
kemaluannya masuk ke mulut Vira, sampai
akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya
hingga sekarang testis Polantas berada di wajah
Vira. Ia kemudian menarik batang kemaluannya
sebentar untuk kemudian didorongnya kembali
masuk ke tenggorokan Vira. Setelah lima kali,
keluar masuk, Polantas sudah tidak bisa lagi
menahan orgasmenya.
“Saya keluuarrhh. Aaahhh!” Ia tidak menarik
batang kemaluannya keluar dari mulut Vira,
batang kemaluannya tampak bergetar
berejakulasi di tenggorokan Vira,
menyemprotkan sperma masuk ke
tenggorokannya. Saya mendengar Vira berusaha
menjerit, ketika sperma Sersan mengalir masuk
ke perutnya. Terlihat sekali Sersan yang sedang
mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari
Vira meronta-ronta berusaha mencari udara.
“Iyya… yaah! Telleeen semuaa! Aaahhh… aahhh…
nikhmaattt!”
Ketika selesai ia menarik keluar batang
kemaluannya dan Vira langsung megap-megap
menghirup udara, dan terbatuk-batuk
mengeluarkan sperma yang lengket dan
berwarna putih. Vira berusaha meludahkan
sperma yang masih ada di mulutnya. Polantas
tertawa melihat Vira terbatuk-batuk, “Kenapa?
Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi,
kamu pasti sudah terbiasa sama itu!”
Sementara Sersan yang masih mengerjai
kemaluan Vira sekarang malah memegang
pinggul Vira dan membalik tubuh Vira. Vira
dengan tubuh berkeringat dan sperma yang
menempel di wajahnya tersadar apa yang akan
dilakukan Sersan pada dirinya, ketika dirasanya
batang kemaluan Sersan mulai menempel di
lubang anusnya.
“Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun,
jangan…”
“Aaahkk! Jangaaan!”
Vira menjerit-jerit ketika kepala batang kemaluan
Sersan berhasil memaksa masuk ke liang
anusnya. Wajah Vira pucat merasakan sakit yang
amat sangat ketika batang kemaluan Sersan
mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil.
Sersan mendengus-dengus berusaha
memasukkan batang kemaluannya ke dalam
anus Vira. Perlahan, senti demi senti batang
kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Vira. Vira
terus menjerit-jerit minta ampun ketika perlahan
batang kemaluan Sersan masuk seluruhnya ke
anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang
kemaluan Sersan masuk, Vira hanya bisa
merintih dan mengerang kesakitan merasakan
benda besar yang sekarang masuk ke dalam
anusnya.
Sersan beristirahat sejenak, sebelum mulai
bergerak keluar masuk. Kembali Vira menjerit-
jerit. Sersan terus bergerak tanpa belas kasihan.
Batang kemaluannya bergerak keluar masuk
dengan cepat, membuat testisnya menampar-
nampar pantat Vira. Sersan tidak peduli
mendengar Vira berteriak kesakitan dan menjerit
minta ampun ketika sodomi itu berlangsung.
Saya melihat berulang kali batang kemaluan
Sersan keluar masuk anus Vira tanpa henti.
Akhirnya Sersan mencapai orgasme ia menarik
batang kemaluannya dan sperma menyemprot
keluar menyembur ke punggung Vira, kemudian
menyembur ke pantat Vira dan mengalir turun ke
pahanya, dan terakhir Sersan kembali
memasukkan batang kemaluannya ke anus Vira
lagi dan menyemprotkan sisa-sisa spermanya ke
dalam anus Vira. Sersan kemudian melepaskan
pegangannya dari pinggul Vira dan berdua
dengan Polantas mereka keluar dari sel dan
menguncinya. Saya masih dapat mendengar
Sersan berkata pada Polantas, “Pantat paling
hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!”
Dini hari, ketika Vira kelelahan menangis dan
merintih, mereka berdua dengan langkah
sempoyongan dan dengan botol bir di tangan
masuk kembali ke dalam sel Vira. Mereka
menendang tubuh Vira agar terbangun dan
mereka mulai memperkosanya lagi. Sekarang
Polantas menyodomi Vira sementara Sersan
berbaring di bawah Vira dan memasukkan
batang kemaluannya ke dalam kemaluan Vira.
Kemudian mereka berganti posisi. Mereka juga
menyiksa Vira dengan memasukkan botol bir ke
dalam liang kemaluan dan anusnya sementara
batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut
Vira. Mereka terus berganti posisi dan Vira terus
menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya
ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu
polisi-polisi tersebut hanya tertawa terbahak-
bahak meninggalkan tubuh Vira yang memar-
memar dan belepotan sperma dan bir.
Keesokan paginya, Sersan masuk dan membuka
sel kami.
“Kalian boleh pergi.”
Saya membantu Vira mengenakan pakaiannya.
Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-
sperma kering masih menempel di tubuhnya.
Kami pergi dari kantor polisi itu dan akhirnya
sampai ke rumah Vira. Kemudian saya
membersihkan tubuh Vira dan menidurkannya.
Ketika saya tinggal, saya mendengar ia merintih,
“Jangan Pak, ampun Pak, sakit… ampuunn…
sakiiit…”.


Adult | GO HOME | Exit
1/874
U-ON

inc Powered by Xtgem.com